Kamis, 14 Oktober 2010

Keseimbangan Otak Kiri Dan Otak Kanan

“Penemuan terbesar dalam generasi saya adalah kesimpulan bahwa manusia dapat mengubah hidupnya hanya dengan mengubah sikap berpikirnya”
William James
“Pikiran merupakan sumber dari segala kekayaan, segala kesuksesan, segala perolehan materi, segala penemuan, dan segala pencapaian .”
Claude M. Bristol


Berdasarkan penemuan seorang neurobiolog Institut Teknologi California yaitu Dr. Roger Wolcott  Sperry pada tahun 1960, otak manusia terdiri dari 2 hemisfer (bagian), yaitu otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi yang berbeda. Atas hasil temuan ini Roger Sperry memperoleh hadiah Nobel pada tahun 1981.

Otak kanan bertugas mengurus proses berpikir kreatif mencakup  bentuk, intuisi, lagu &musik, warna, simbol, gambar, imajinasi dan lain-lain. Cara kerja otak kanan ini biasanya tidak terstruktur, dan cenderung tidak memikirkan hal-hal yang terlalu mendetail.

Sedangkan otak kiri bersifat analitis terkait dengan kemampuan matematis dan kemampuan berpikir sistematis mencakup bahasa verbal, matematika, logika, angka-angka, urutan-urutan, analisis dan lain-lain. Cara kerja otak ini sangat rapi, terstruktur dan sistematis. Biasanya otak kiri ini sangat bermanfaat saat digunakan untuk memahami hal-hal yang kompleks dan perlu pemikiran yang mendetail.

Pada umumnya seseorang memiliki kecenderungan menggunakan salah satu belahan otak secara dominan. Hal ini berlaku seperti kecenderungan manusia menggunakan sebagai inderanya saja. Mereka yang cenderung menggunakan otak kanan secara dominan adalah artis, penyanyi, pelukis, pemain musik dan lain-lain. Mereka yang cenderung menggunakan otak kiri adalah peneliti, pekerja bidang IT, Akunting dan lain-lain.

Dalam masyarakat kita kecenderungan yang terjadi adalah anggapan orang-orang dengan otak kiri dominan lebih unggul daripada orang-orang dengan otak kanan dominan. Hal ini diperkuat dengan pola pendidikan yang lebih mengutamakan peningkatan kemampuan otak kiri. Namun sempat berkembang juga pemikiran yang lebih mengunggulkan otak kanan. Hal itu terbukti dengan sempat berkembangnya training-training berbasiskan pengembangan otak kanan. 

Syukur pola pikir ini sudah mulai berubah dengan pembelajaran yang berimbang antara otak kiri dan otak kanan. Tuhan telah menciptakan manusia dengan otak secara utuh sehingga akan lebih bermanfaat untuk menggunakannya secara utuh pula. Sama halnya dengan mengembangkan  menggunakan ke-5 indera secara lengkap.

Otak kiri tidaklah lebih unggul daripada otak kanan, demikian halnya otak kanan tidak lebih unggul dari otak kiri. Otak kiri dan otak kanan adalah satu kesatuan utuh yang tidak perlu dipisahkan pemanfaatannya. Ada hal-hal yang perlu diselesaikan dengan otak kanan sama seperti ada hal-hal yang perlu diselesaikan dengan otak kiri, begitu juga ada hal-hal yang perlu diselesaikan bersamaan oleh otak kiri dan kanan secara berimbang.

Jauh lebih bermanfaat buat Anda untuk menjaga dan menggunakan otak kiri dan kanan secara seimbang. Sejak saya menyadari saya menggunakan otak kiri dengan dominan sebelumnya, membuat saya melakukan hal-hal yang membutuhkan kerja otak kanan. Saya mulai mendengarkan musik bahkan belajar memainkan alat musik agar otak kanan saya menjadi seimbang dengan otak kiri.

Kegiatan-kegiatan yang menggunakan kedua tangan secara bersamaan seperti mengetik, bermain piano apabila dilakukan secara rutin dapat otak kanan dan otak kiri. Kegiatan tersebut membutuhkan gerak tangan kanan dan kiri yang membutuhkan  proses kerja otak kiri dan otak kanan. Mulailah mengenali penggunaan otak Anda mana yang lebih dominan dan segera melakukan hal-hal untuk keseimbangnya sehingga lebih optimal manfaat dari otak ajaib Anda. Otak kiri dan otak kanan yang seimbang akan meningkatkan kualitas hidup Anda.

Bagi Anda yang menggunakan otak kiri dan otak kanan yang seimbang atau whole brain thinking ( berpikir menggunakan keseluruhan otak ) dapat menghindarkan Anda dari sembilan jebakan logika.  Sembilan jebakan logika ini dapat menyebabkan seseorang bersikap atau berpikir salah, kurang fungsional dan kaku sehingga sulit meraih kesuksesan.

Sembilan jebakan logika tersebut adalah :

  1. Pemikiran yang sempit
Gejalanya adalah wawasan terbatas di mana pemikir hanya melihat dari sudut pandang yang dikuasainya saja dan seringkali menggunakan kemampuan argumentasi untuk memenangkan hasil pemikirannya agar diterima orang lain.
  1. Angkuh dan congkak
“Saya sudah 40 tahun di bidang ini, tahulah saya daripada kamu !” pemikiran seperti ini tampaknya logis sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi, padahal bisa saja orang itu sudah 40 tahun bekerja , tapi “ilmu”-nya itu-itu saja alias pengalaman satu tahun tapi diulang 39 kali.
  1. Bertolak belakang
Hal-hal baru dapat mendorong seseorang untuk berpikir secara bertolak belakang atau ekstrem melihat perbedaan dari yang biasa terjadi sehingga cenderung menolak tanpa memperhitungkan segi-segi positifnya.
  1. Berdasarkan dimensi zaman
Pendapat mengenai perkembangan muktahir memang dapat membuat kita terpukau, apalagi mendengar dunia sedang mengalami perubahan drastis. Memang teknologi berkembang sangat pesat tetapi kebiasaan masyarakat kita nyaris tidak berubah.

  1. Melibatkan ego
Takut kelihatan bodoh atau kehilangan wibawa, sering menjebak seseorang bertahan pada alur pendapatnya yang sudah jelas lemah. Banyak keputusan diambil hanya untuk menyelamatkan muka orang yang disegani.
  1. Mengacu pada pendapat lama
Gejalanya adalah mengarahkan proses berpikir untuk membahas pendapat populer yang sudah ada, bukan mengeksplorasi situasi untuk mendapatkan solusi atau pendapat baru yang lebih sesuai.
  1. Merasa benar sendiri
Memandang diri sendiri sebagai ukuran penilaian segala sesuatu bisa merugikan karena dengan menganalisis berbagai sudut padang, kita bisa lebih fleksibel menangani masalah dan lebih menghargai orang lain.
  1. Salah fatal
“Mana yang lebih berat antara 1 kilogram kapas dan 1 kilogram besi ?” Jawaban yang sering terlontar adalah “Jelas besi lah, ya !” Bagi yang ragu akan membenarkan : “Mungkin besi karena berat massanya ‘kan lebih besar daripada kapas”. Inilah salah satu bukti dari pernyataan Edward de Bono, bahwa bahasa terlalu menekankan segi kualitatif dibandingkan dengan segi kuantitatif. 
  1. Pemikiran salah benar
Membandingkan suatu pendapat dengan pendapat lain secara dikotomi (salah benar) tidak selalu benar. Dalam banyak kasus, keduanya bisa sama-sama benar karena melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bila digabungkan sebenarnya akan memberikan pendapat baru yang lebih baik daripada memilih salah satu.

sumber : bagian Sukses 3 dari buku "YOU ARE THE REAL PERSONAL SUCCESS"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar